Mahasiswa UPI Bandung Melakukan Penelitian terhadap Penyelarasan Etnis di Pulau Bangka, Menyelisik Semboyan “Tong Ngin Fan Ngin Jit Jong”

Mahasiswa UPI Bandung Melakukan Penelitian terhadap Penyelarasan Etnis
di Pulau Bangka, Menyelisik Semboyan “Tong Ngin Fan Ngin Jit Jong”

Tim PKM UPI Bandung yang lolos pendanaan Kemendikbud-ristek RI

Bandung – Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman etnis didalamnya. Dari hasil identifikasi Badan Pusat Statistik bersama Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS), terdapat 633 suku besar yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Akibatnya, konflik antar etnis seringkali terjadi dalam masyarakat kita.

Namun, hal itu tidak berlaku untuk masyakarat etnis di pulau Bangka. Masyarakat Bangka memiliki etnis Melayu dan etnis Tonghoa yang sudah hidup berdampingan dan saling hidup rukun satu sama lain sejak lama. Hal tersebut tentunya menimbulkan tanya di benak kita “Apa yang membuat kedua etnis tersebut dapat hidup harmonis hingga saat ini?” Berdasarkan rasa keingintahuan yang tinggi dan tanggung jawab sebagai generasi penerus persatuan bangsa, Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset (PKM-R) Pendidikan Kewarganegaraan dan Sosiologi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yaitu Gabrielia, Annisa Fadillah dan Nabila Azzahra melakukan sebuah penelitian mengenai aktualisasi dan eksistensi semboyan tong ngin fan ngin jit jong dalam penyelarasan Keberagaman etnis di pulau Bangka yang didanai oleh Kemendikbud-ristek tahun 2021.

Dosen Pembimbing, Leni Anggraeni mengatakan meski di tengah pandemi, hal ini bukan menjadi halangan untuk terus menggali semangat persatuan di Pulau Bangka yang belum begitu terekspos. Bahkan, kata Leni, Tim PKM yang diketuai oleh Gabrielia berusaha semaksimal mungkin dengan penuh kegigihan menyelisik ke berbagai daerah di Pulau Bangka dan bertemu banyak narasumber untuk menghasilkan output terbaik. Tentunya segala persiapan dan kegiatan dilakukan dengan mengutamakan protokol kesehatan.

Dokumentasi pemberian cinderamata kepada Pak Elvian selaku narasumber

Tim berkesempatan untuk mewawancarai Akhmad Elvian selaku Tokoh Sejarawan dan Budayawan Bangka Belitung yang bisa dibilang “Bapaknya sejarah Bangka” pada Senin, 5 Juli 2021 di Kantor DPRD Kota Pangkalpinang. Beliau berpendapat mengenai makna semboyan Tong Ngin Fan Ngin Jit Jong, bahwa antara tong ngin dan fan ngin itu kan chingin (bersaudara) melalui proses perkawinan dan akulturasi kemudian lahir peranakan. Nah karena dia bersaudara maka dia jit jong (setara). Karena persudaraaan lah maka ia setara, kalau setara berarti dia sama saja sehingga tidak ada konflik.

 “Adanya kesetaraan status antar etnis Tionghoa dan etnis Melayu menyebabkan interaksi sosial yang mapan dan persatuan, yang terus dipertahankan. Persatuan itu dideklarasikan melalui semboyan Tong Ngin Fan Ngin Jit Jong (Cina, Melayu sama saja). Semboyan ini mencerminkan jalinan hubungan yang harmonis antar etnis Melayu dan Tionghoa. Kerukunan dan kedamaian yang tetap terjaga antar etnis Melayu dan Tionghoa melalui semboyan tersebut,” tambah Pak Elvian, Senin (5/7/2021).

Tim berharap keharmonisan etnis Melayu dan etnis Tionghoa di Pulau Bangka dapat dijadikan refleksi bagi daerah lain untuk meminimalisir konflik yang terjadi serta wejangan bagi pemuda/i Bangka untuk terus menjaga dan merawat jalinan persaudaraan ini sampai kapanpun. (Gab)

News

Prodi Pendidikan Kewarganegaraan UPI Avatar

More Articles & Posts